Mengelola Nyeri Punggung dengan Pilihan Bedah dan Fisioterapi

Nyeri punggung adalah masalah umum yang memengaruhi jutaan orang di seluruh dunia, terutama dalam lingkungan kerja yang serba cepat saat ini. Faktanya, nyeri punggung tidak lagi hanya menjadi masalah bagi lansia; ini semakin memengaruhi populasi yang lebih muda, terutama para profesional. Bagi mereka yang berada di Jakarta yang mencari pilihan terbaik untuk pengobatan nyeri punggung, fisioterapi yang dikombinasikan dengan konsultasi bedah ahli dari Malaysia dapat memberikan solusi yang efektif.

Dalam blog ini, kita akan menjelajahi penyebab dan pengobatan nyeri punggung dengan wawasan dari Dr. Fazal Abas, seorang ahli bedah ortopedi dari Thomson Hospital di Malaysia. Dr. Abas baru-baru ini berbagi keahliannya dalam sebuah wawancara dengan Physioactive Indonesia.

Penyebab Nyeri Punggung

Nyeri punggung dapat timbul dari berbagai kondisi, memengaruhi segala hal mulai dari otot dan sendi hingga saraf dan tulang. Menurut Dr. Abas, salah satu penyebab yang paling umum adalah ketegangan muskuloskeletal, yang dapat terjadi akibat postur tubuh yang buruk, duduk dalam waktu lama, atau teknik mengangkat yang tidak tepat. Ini sering terjadi pada populasi pekerja yang menghabiskan waktu berjam-jam duduk di depan komputer.

Penyebab lain nyeri punggung adalah kondisi inflamasi seperti ankylosing spondylitis, yang dapat menyebabkan kekakuan dan ketidaknyamanan, terutama di pagi hari. Selain itu, nyeri diskogenik—yang terjadi ketika cakram tulang belakang mengalami kerusakan—dapat menyebabkan nyeri tajam dan menusuk, sering kali disertai dengan sciatica (nyeri yang menjalar ke bawah kaki).

Physiotherapy Sakit Punggung

Physiotherapy Sakit Punggung

Gejala Nyeri Punggung Bawah

Nyeri punggung muncul dalam berbagai bentuk. Beberapa pasien mengalami nyeri tumpul yang terus-menerus yang memburuk dengan berdiri atau duduk dalam waktu lama, sementara yang lain merasakan nyeri tajam dan menusuk akibat iritasi saraf, yang bisa menyebar ke kaki. Nyeri inflamasi, seperti yang disebutkan oleh Dr. Abas, sering menyebabkan kekakuan di pagi hari, sedangkan nyeri diskogenik dapat menyebabkan gejala yang lebih parah dan membutuhkan perawatan yang lebih intensif.

Pilihan Perawatan Non-Bedah

Bagi sebagian besar pasien, bedah bukanlah jalur perawatan pertama. Dr. Abas menekankan pentingnya pendekatan non-bedah, yang dapat mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup bagi 80-90% pasien.

Salah satu perawatan yang paling efektif adalah fisioterapi, yang dapat meredakan nyeri melalui berbagai metode seperti latihan peregangan, TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation), terapi inframerah, dan terapi ultrasound—semua tersedia di Physioactive Indonesia. Terapi-terapi ini bertujuan untuk memperkuat otot yang menopang tulang belakang dan mengurangi tekanan pada saraf.

Obat-obatan seperti antiinflamasi dan Cox-2 inhibitor juga sering diresepkan untuk mengurangi peradangan dan mengelola nyeri. Bagi mereka dengan nyeri neuropatik, obat-obatan seperti pregabalin dapat memberikan bantuan.

Intervensi Non-Bedah Lanjutan

Jika nyeri berlanjut setelah fisioterapi dan pengobatan, terdapat perawatan menengah lain yang tersedia sebelum mempertimbangkan bedah. Ini termasuk suntikan steroid untuk mengurangi peradangan di tulang belakang, yang dapat memberikan bantuan selama beberapa bulan. Pilihan lain adalah ablasi frekuensi radio, sebuah prosedur yang menargetkan dan mengganggu saraf yang mengirimkan sinyal nyeri dari tulang belakang. Prosedur ini dapat dilakukan sebagai perawatan rawat jalan, memungkinkan pasien untuk pulang di hari yang sama.

Dr. Abbas dalam Bedah

Dr. Abbas dalam Bedah

Saat Bedah Diperlukan

Sementara sebagian besar pasien pulih melalui metode non-bedah, sebagian kecil mungkin memerlukan intervensi bedah. Menurut Dr. Abas, bedah dipertimbangkan ketika tiga kondisi hadir: nyeri yang persisten, defisit neurologis, atau kelainan tulang belakang. Prosedur umum termasuk mikrodisektomi (pengangkatan cakram yang mengalami hernia) dan fusi tulang belakang (stabilisasi tulang belakang menggunakan batang dan sekrup).

Tersedia bedah minimal invasif yang mengurangi waktu pemulihan dan menghasilkan hasil yang lebih baik bagi pasien. Setelah bedah, rehabilitasi sangat penting, dan Dr. Abas menekankan pentingnya memulai fisioterapi sesegera mungkin untuk memastikan pemulihan yang tepat.

Bagi pasien dari Jakarta yang menjalani bedah di Malaysia, Dr. Abas merekomendasikan untuk tinggal setidaknya satu malam pasca bedah untuk memantau pemulihan. Namun, pasien dapat melanjutkan fisioterapi dan rehabilitasi di Physioactive Indonesia setelah kembali ke Jakarta, memastikan transisi perawatan yang lancar.

Kesimpulan

Nyeri punggung bisa sangat mengganggu, tetapi dengan pendekatan perawatan yang tepat, sebagian besar pasien dapat menghindari bedah dan menemukan bantuan melalui fisioterapi. Bagi mereka di Jakarta, memulai fisioterapi secara lokal dan berkonsultasi dengan ahli bedah seperti Dr. Abas di Malaysia menawarkan pendekatan komprehensif untuk mengelola nyeri punggung. Jika Anda mengalami nyeri yang persisten, pertimbangkan untuk mengeksplorasi pilihan perawatan ini untuk mendapatkan kembali kualitas hidup Anda.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai pengobatan nyeri punggung dan konsultasi dengan Dr. Fazal Abas, silakan merujuk pada detail kontak yang disediakan oleh Physioactive Indonesia.

Membuat Janji Temu

Untuk informasi lebih lanjut mengenai operasi penggantian bahu dan untuk mengeksplorasi pilihan Anda, Anda dapat menghubungi Dr. Abbas Ramlee secara langsung. Dan bagi mereka yang membutuhkan fisioterapi pasca operasi, PhysioActive siap membantu Anda dalam perjalanan pemulihan Anda.

Untuk membuat janji dengan Dr. Abbas Ramlee, detail kontaknya adalah:

web: https://www.thomsonhospitals.com/doctor/dr-fadzrul-abbas-bin-mohamed-ramlee/
WA: ‪+60 18‑220 1108

Untuk Physioactive Indonesia, langsung buat janji secara online di sini.

Related Articles

© 2019 - PT Nasma Physio Active. All rights reserved.